
makalh problema dan jiwa keagamaan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami dari kelompok 4 panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan kasih sayang dan keridhoan-Nya sehingga kami mendapatkan
kekuatan dalam menyusun makalah ini, juga berkat segala rahmat dan karunia-Nya
akhirnya tersusun jualah makalah yang
berjudul, ”Sumber kejiwaan Agama dan Keberagmaan pada manusia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas ILMU PSIKOLOGI AGAMA di Universitas Islam
Nahdlatul Ulama Jepara.
Kami dari kelompok 4 menyadari dalam penulisan Makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun penyajiannya. Yang dari beberapa
referensi saja pastinya maklah kami banyak kekurangan, Untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Allah memberikan
kemanfaatan atas Makalah ini, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.
Amiin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia mempunyai hubungan dan mempunyai sejarah
panjang terhadap tuhan. Hal
ini dapat diketahui dan dapat dilihat dari pendapat para ahli agama, baik melalui penelitian,
dokumen kuno maupun kitab suci.
Dalam masyarakat kuno telah dikenal berbagai
kepercayaan, seperti dinamisme, animisme, politheisme, dan berpuncak pada monotheisme. Hal ini dapat
dibuktikan melalui situs-situs kuno peninggalan peradapan Yunani Kuno, peradaban Mesir Kuno, peradaban China Kuno, tak terkecuali di indonesia banyak peninggalan yang berhubungan
dengan kepercayaan dan
banyak lagi. Satu hal yang pasti,
manusia sejak zaman dahulu telah mengenal adanya Yang Maha. Dalam
kitab suci, hubungan ini dikenal sebagai hubungan Pencipta dengan ciptaan-Nya.
Dan hubungan ini ada mulai manusia pertama kali ada,
yaitu Nabi Adam as.
Hingga sekarang, manusia tetap memiliki keyakinan pada
Tuhan. Besar kecilnya keyakinan itu tergantung dari berbagai hal. Misalnya
sedikit banyaknya informasi keagamaan yang diterima, kebiasaan sejak usia dini,
lingkungan keluarga, masyarakat di sekolah,
pengalaman agama dan lainnya. Walaupun keyakinan terhadap Tuhan dipengaruhi
berbagai faktor, tetap saja ada (walaupun sedikit) keyakinan manusia pada
Tuhan.
B. Rumusan Masalah
Secara umum tulisan ini berusaha untuk menguraikan kembali tentang Teori
Sumber
Kejiwaan Agama (Potensi Agama), kemudian diturunkan pada rumusan masalah
yang lebih kecil, yaitu :
1. Bagaimana menurut pendapat para ahli tentang jiwa agama
?
2. Bagaimana sumber jiwa agama menurut konsep islam ?
3. Bagaimana fitrah dalam agama islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Tentang Sumber Kejiwaan Agama
Tidak bisa di pungkiri bahwa kata kunci pada pembahasan psikologi adalah
tentang jiwa. Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya apa
yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada
kebutuhan makan, minum, pakaian, ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya.
Berdasarkan hasil riset dan observasi, bahwa pada diri manusia terdapat semacam
keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi
kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan.
Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan
untuk mencinta dan dicintai Tuhan.[[1][1]]
Berdasarkan pengertian diatas, dapat di ketahui manusia ingin mengabdikan
dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang mempunyai
kekuasaan tinggi sebagaimana fitrahnya. Keinginan itu terdapat pada setiap
kelompok, golongan atau masyarakat manusia dari yang paling primitif hingga
yang paling modern.
Dalam pembahasan Sumber jiwa agama menurut para ahli dapat
digolongkan menjadi 2 golongan yaitu yang berpandangan monistik dan yang
berpandangan fakulty.
a.
Menurut Teori Monistik
Menurut teori monistik, yang
menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah berasal dari satu sumber kejiwaan.
Sumber tunggal manakah yang paling dominan sebagai sumber jiwa kejiwaan itu?
Terhadap sumber kejiwaan yang dominan itu, dikalangan ahli terjadi perbedaan
pendapat:
a)
Menurut Thomas van Aquiono
Yang menjadi dasar kejiwaan agama ialah: Berfikir.
Manusia bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan
beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri.
b)
Menurut Frederick Hegel
Agama adalah suatu pengalaman yang
sungguh-sungguh benar dan tepat kebenaran abadi. Berdasarkan konsep itu maka
agama semata-mata merupakan hal-hal atau persoalan
yang berhubungan dengan pikiran.
c)
Menurut Rudolf Otto
Sumber jiwa agama adalah rasa
kagum yang berasal dari The Whaly Other (yang sama sekali lain), jika
seseorang dipengaruhi oleh rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain
dari yang lain, maka keadaan mental seperti itu oleh Otto disebut “Numinous”.
Perasaan itulah menurut R. Otto sebagai sumber dari kejiwaan agama manusia.
d)
Menurut Sigmund Freud
Unsur kejiwaan yang menjadi sumber
keiwaan agama adalah lidido sexual (naluri seksual). Berdasarkan lidibo ini
timbulah ide tentang Tuhan dan upacara keagamaan, melalui proses:
1. Oedipus Complex, yaitu mitos Yunani kuno yang
menceritakan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka Oedipus membunuh
ayahnya. Setelah ayahnya mati timbullah rasa bersalah pada diri sendiri.
2. Father Image (cinta bapak): setelah membunuh
bapaknya Oedipus dihantui rasa bersalah, lalu timbul rasa penyesalan. Perasaan
itu menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan manusia
yang mereka lakukan, mereka memuja alasannya karena dari pemujaan itulah
menurut Freud sebagai asal dari upacara keagamaan. Jadi agama muncul dari ilusi
manusia.
b.
Menurut Teori Fakulti / Faculty Theori
Teori
ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu
faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang
dianggap memegang peran penting adalah: fungsi cipta (reason), rasa (emotion),
dan karsa (will).[2][2][2]
a.
Fungsi Cipta, yaitu fungsi intelektual manusia. Melalui cipta orang
dapat menilai dan membandingkan serta selanjutnya memutuskan sesuatu tindakan
terhadap stimulus tertentu, termasuk dalam aspek agama.
b. Fungsi Rasa, yaitu suatu tenaga dalam jiwa
manusia yang banyak berperan dalam membentuk motivasi dalam corak tingkah laku
seseorang.melalui fungsi rasa dapat menimbulkan penghayatan dalam kehidupan
beragama yang selanjutnya akan memberi makna pada kehidupan beragama.
c.
Karsa
itu merupakan fungsi ekslusif dalam jiwa manusia. Karsa berfungsi
mendorong timbulnya pelaksanaan doktrin serta ajaran agama berdasarkan fungsi
kejiwaan.
Dari
pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan dan dipahami dengan lebih
sederhana yaitu :
a.
Cipta, berperan untuk menentukan benar atau
tidaknya ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelektual seseorang.
b. Rasa, menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif
dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
c.
Karsa, menimbulkan amalan-amalan atau doktrin
keagamaan yang benar dan logis.
Diantara ahli yang tergolong kepada teori Fakulti:
1.
G.M. Straton
G.M.
Straton mengemukakan teori “konflik”. Ia mengatakan, bahwa yang menjadi sumber
kejiwaan agama adalah adanya konflik bdalam kejiwaan manusia. Keadaan yang
berlawanan seperti: baik-buruk, moral-im moral, kepasifan-keaktifan, rasa
rendah diri dan rasa harga diri menimbulkan pertentangan (konflik) dalam diri
manusia.[3][3] [3]
Jika konflik itu
sudah demikian mencekam manusia dan mempengaruhi kehidupan kejiwaannya, makas
manusia itu mencari pertolongan kepada suatu kekuasaan yang tertinggi (Tuhan).
Seperti Sigmund Freud berpendapat, bahwa dalam setiap organis terdapat dua
konflik kejiwaan seseorang yang mendasar, yaitu:
1)
Life-urge: ialah ke inginan
mempertahankan ke langsungan hidup dari ke adaan yang terdahulu agar terus
berlanjut.
2)
Death-urge: ialah keinginan
untuk kembali ke dalam keadaan semula sebagai benda mati ( anorganis).
Selanjutnya, G.M. Straton berpendapat, konflik yang positif yang
tergantung atas adanya dorongan pokok yang merupakan dorongan dasar (basic-urge) sebagai keadaan yang
menyababkan timbulnya konflik tersebut.
Dalam
pernerapannya W.H. Clark berpendapat berdasarkan keinginaan dasar yang di
kemukakan oleh Sigmund Freud, bahwa expresi dari pertentengan antara Death-urge dan Life-urge merupakan sumber kejiwaan agama dalam diri manusia. Dalam
kenyataan kehidupan keagamaan kita dapat melihat adanya dorongan Life-urge secara positif hingga para
pemeluk agama mengamalkan agamanya dengan penuh keikhlasan dalam hidupnya di
dorong oleh ketakutannya Death-urge (hari
kiamat).[4][4][4]
2. Zakiah Daradjat
Dr. Zakiah Dradjat brpendapat, pada diri manusia itu terdapat kebutuhan
pokok. Beliau mengemukakan, selain dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani
manusia mempunyai suatu kebutuhan akan adanya kebutuhan akan keseimbangan dalam
kehidupan jiwanya agar tidak
3. W.H Thomas
Melalui teori The Four Wishes-nya
mengemukakan, bahwa yang menjaddi sumber kejiwaan agama adalah empat macam
keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia, yaitu:
1) Keinginan
untu keselamatan (security)
2) Keinginan
untuk mendapatkan penghargaan (recognations)
3) Keinginan
untuk di tanggapi (response)
4) Keinginan
akan pengetahuan atau pengalaman baru (
new experiennce)
Di dasarkan atas keempat keinginan dasar itulah pada umumnya manusia
menganut agama menurut W.H. Thomas. Dengan mengabdi dan menyembah diri kepada
Tuhan, keinginan untuk keselamatan terpenuhi. Demikian pula keinginan untuk
mendapatkan penghargaan maka ajaran agama mengindoktrinasikan konsep akan
adanya balasan baik setiap amal baik dan buruk. Agama memberi penghargaan
kepada umatnya yang setia dan ikhlas melebihi kaum awam lainnya.[5][5][5]
B. Sumber Kejiwaan Agama Menurut Islam
Di
dalam Al-qur’an sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat Ar-Rum ayat 30
yang berarti: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,
tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah
agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum:30).
Ayat
tersebut menyatakan bahwa secara fitrah, manusia adalah makhluk beragama.
Secara naluri manusia pada hakikatnya selalu meyakini adanya Tuhan Yang Maha
Kuasa. Walaupun secara dhohir ada beberapa golongan yang tidak mengakui adanya
Tuhan (atheis), tetapi itu hanya pernyataan lisan. Secara hakiki ia tetap
meyakini adanya kekuatan di luar kekuatannya yang tidak mungkin dilampaui dan
memiliki kekuatan Yang Maha.
Menurut
Nurcholis Majid, agama merupakan fitrah munazal yang diturunkan Allah untuk
menguatkan fitrah yang telah ada secara alami. Dengan fitrah ini manusia
tergerak untuk melakukan kegiatan atau ritual yang diperintahkan oleh Yang Maha
Kuasa, yang berbentuk upacara ritual, kegiatan kemanusiaan, kegiatan berfikir dan lain – lain.
Dalam
manusia juga terdapat naluri untuk mencintai dan dicintai Tuhan. Keinginan ini
tidak mungkin dapat terpenuhi kecuali melalui kegiatan beragama. Bahkan naluri
ini memiliki porsi yang cukup besar dalam jajaran naluri yang dimiliki manusia.
Menurut
Quraish Shihab , sumber jiwa agama seseorang bersumber dari penemuan rasa
kebenaran, keindahan d kebaikan. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
Ketika manusia memperhatikan keindahan alam, maka akan timbul kekaguman.
Kemudian menemukan kebaikan pada alam semesta yang diciptakan untuk manusia.
Kemudian manusia mencari apa yang paling indah, paling benar dan paling baik yang pada akhirnya jawaban dari pertanyaan tersebut
adalah Tuhan.
C. Fitrah Dalam Islam
Pada
manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah adalah potensi dasar manusia yang
bersifat suci, namun kesuciannya tersebut perlu dijaga dan dikembangkan melalui
pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan dan pergaulan yang baik.
Para ahli
memiliki beberapa pengertian fitrah, antara lain:
1.
Fitrah
berarti suci
Artinya, ketika
seorang bayi lahir ke dunia, ia dalam keadaan suci, tanpa dosa. Tidak ada dosa
warisan dari orang tuanya. Baru kemudian dalam mengarungi kehidupan orang
tersebut terkena kotoran noda dosa.
2.
Fitrah
berarti bertauhid
Artinya, sejak
lahir manusia telah membawa sifat-sifat percaya kepada Tuhan. Jadi sudah naluri
bila manusia menolak adanya atheism atau politheisme.
3.
Fitrah
dalam arti ikhlas
Ketika lahir,
manusia dibekali sifat-sifat oleh Tuhan. Salah satu sifat tersebut adalah
ikhlas. Jadi ikhlas tersebut merupakan fitrah manusia.
4.
Fitrah
dalam arti insting
Ibn Taimiyah
membagi fitrah dalam dua bagian:
a.
Fitrah
al-Munazalah
Yaitu fitrah
luar yang masuk ke dalam manusia. Fitrah ini berupa al-qur’an dan sunah.
b.
Fitrah
al-Gharizah
Yaitu fitrah
dari dalam diri manusia untuk mengembangkan potensi manusia.
5.
Fitrah
dalam arti tabiat
Menurut
al-Ghazaly fitrah sebagai sifat dasar yang diperoleh manusia sejak lahir yang
terdiri dari:
a. Beriman pada Allah
b. Menerima pendidikan dan pengajaran
c. Mencari kebenaran
d. Dorongan syahwat, ghodob dan insting
Banyak pengertian tentang fitrah, dilihat dari bernagai sudut dan
pandangan akan mempunyai makna dan pengeritan yang berbeda, tap pada dasarnya
dapat kita simpulkan tentag makna fitrah adalah potensi dasar manusia yang
bersifat suci, namun kesuciannya tersebut perlu dijaga dan dikembangkan melalui
pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan dan pergaulan yang baik.[6][6][6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sumber jiwa agama menurut ahli dibagi dua:
a. Teori monistik: bahwa sumber jiwa agama berasal dari sesuatu yang
tunggal yang dapat berupa rasa ketergantungan, akal, libido sexuli dll.
b. Teori fakulty: bahwa sumber jiwa agama berasal dari beberapa
unsur terutama cipta, rasa, karsa.
2. Sumber jiwa agama menurut Islam berasal dari fitrah manusia yang
berasal dari Allah
3. Fitrah diartikan sebagai suci, bertauhid, ikhlas, insting, atau
tabiat.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, Psikologi Agama,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004
Robert W.Crapps,
An Introduction to Psycologi of Religion, bagian iii, alih bahasa Agus
M.Harjana, Perkembangan kepribadian dan Keagamaan,Yogyakarta:Kanisius,
cet.I,1994
Nurcholish Majid, Islam, Dokrin, Peradaban, Jakarta: Yayasan Paramadina,
cet II, 1992
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami dari kelompok 4 panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan kasih sayang dan keridhoan-Nya sehingga kami mendapatkan
kekuatan dalam menyusun makalah ini, juga berkat segala rahmat dan karunia-Nya
akhirnya tersusun jualah makalah yang
berjudul, ”Sumber kejiwaan Agama dan Keberagmaan pada manusia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas ILMU PSIKOLOGI AGAMA di Universitas Islam
Nahdlatul Ulama Jepara.
Kami dari kelompok 4 menyadari dalam penulisan Makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun penyajiannya. Yang dari beberapa
referensi saja pastinya maklah kami banyak kekurangan, Untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Allah memberikan
kemanfaatan atas Makalah ini, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.
Amiin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia mempunyai hubungan dan mempunyai sejarah panjang terhadap tuhan. Hal ini dapat diketahui dan dapat dilihat dari pendapat para ahli agama, baik melalui penelitian, dokumen kuno maupun kitab suci.
Dalam masyarakat kuno telah dikenal berbagai kepercayaan, seperti dinamisme, animisme, politheisme, dan berpuncak pada monotheisme. Hal ini dapat dibuktikan melalui situs-situs kuno peninggalan peradapan Yunani Kuno, peradaban Mesir Kuno, peradaban China Kuno, tak terkecuali di indonesia banyak peninggalan yang berhubungan dengan kepercayaan dan banyak lagi. Satu hal yang pasti, manusia sejak zaman dahulu telah mengenal adanya Yang Maha. Dalam kitab suci, hubungan ini dikenal sebagai hubungan Pencipta dengan ciptaan-Nya. Dan hubungan ini ada mulai manusia pertama kali ada, yaitu Nabi Adam as.
Hingga sekarang, manusia tetap memiliki keyakinan pada Tuhan. Besar kecilnya keyakinan itu tergantung dari berbagai hal. Misalnya sedikit banyaknya informasi keagamaan yang diterima, kebiasaan sejak usia dini, lingkungan keluarga, masyarakat di sekolah, pengalaman agama dan lainnya. Walaupun keyakinan terhadap Tuhan dipengaruhi berbagai faktor, tetap saja ada (walaupun sedikit) keyakinan manusia pada Tuhan.
B. Rumusan Masalah
Secara umum tulisan ini berusaha untuk menguraikan kembali tentang Teori Sumber
Kejiwaan Agama (Potensi Agama), kemudian diturunkan pada rumusan masalah yang lebih kecil, yaitu :
1. Bagaimana menurut pendapat para ahli tentang jiwa agama ?
2. Bagaimana sumber jiwa agama menurut konsep islam ?
3. Bagaimana fitrah dalam agama islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Tentang Sumber Kejiwaan Agama
Tidak bisa di pungkiri bahwa kata kunci pada pembahasan psikologi adalah
tentang jiwa. Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya apa
yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada
kebutuhan makan, minum, pakaian, ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya.
Berdasarkan hasil riset dan observasi, bahwa pada diri manusia terdapat semacam
keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi
kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan.
Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan
untuk mencinta dan dicintai Tuhan.[[1][1]]
Berdasarkan pengertian diatas, dapat di ketahui manusia ingin mengabdikan
dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang mempunyai
kekuasaan tinggi sebagaimana fitrahnya. Keinginan itu terdapat pada setiap
kelompok, golongan atau masyarakat manusia dari yang paling primitif hingga
yang paling modern.
Dalam pembahasan Sumber jiwa agama menurut para ahli dapat
digolongkan menjadi 2 golongan yaitu yang berpandangan monistik dan yang
berpandangan fakulty.
a.
Menurut Teori Monistik
Menurut teori monistik, yang
menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah berasal dari satu sumber kejiwaan.
Sumber tunggal manakah yang paling dominan sebagai sumber jiwa kejiwaan itu?
Terhadap sumber kejiwaan yang dominan itu, dikalangan ahli terjadi perbedaan
pendapat:
a)
Menurut Thomas van Aquiono
Yang menjadi dasar kejiwaan agama ialah: Berfikir.
Manusia bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan
beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri.
b)
Menurut Frederick Hegel
Agama adalah suatu pengalaman yang
sungguh-sungguh benar dan tepat kebenaran abadi. Berdasarkan konsep itu maka
agama semata-mata merupakan hal-hal atau persoalan
yang berhubungan dengan pikiran.
c)
Menurut Rudolf Otto
Sumber jiwa agama adalah rasa
kagum yang berasal dari The Whaly Other (yang sama sekali lain), jika
seseorang dipengaruhi oleh rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain
dari yang lain, maka keadaan mental seperti itu oleh Otto disebut “Numinous”.
Perasaan itulah menurut R. Otto sebagai sumber dari kejiwaan agama manusia.
d)
Menurut Sigmund Freud
Unsur kejiwaan yang menjadi sumber
keiwaan agama adalah lidido sexual (naluri seksual). Berdasarkan lidibo ini
timbulah ide tentang Tuhan dan upacara keagamaan, melalui proses:
1. Oedipus Complex, yaitu mitos Yunani kuno yang
menceritakan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka Oedipus membunuh
ayahnya. Setelah ayahnya mati timbullah rasa bersalah pada diri sendiri.
2. Father Image (cinta bapak): setelah membunuh
bapaknya Oedipus dihantui rasa bersalah, lalu timbul rasa penyesalan. Perasaan
itu menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan manusia
yang mereka lakukan, mereka memuja alasannya karena dari pemujaan itulah
menurut Freud sebagai asal dari upacara keagamaan. Jadi agama muncul dari ilusi
manusia.
b.
Menurut Teori Fakulti / Faculty Theori
Teori
ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu
faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang
dianggap memegang peran penting adalah: fungsi cipta (reason), rasa (emotion),
dan karsa (will).[2][2][2]
a.
Fungsi Cipta, yaitu fungsi intelektual manusia. Melalui cipta orang
dapat menilai dan membandingkan serta selanjutnya memutuskan sesuatu tindakan
terhadap stimulus tertentu, termasuk dalam aspek agama.
b. Fungsi Rasa, yaitu suatu tenaga dalam jiwa
manusia yang banyak berperan dalam membentuk motivasi dalam corak tingkah laku
seseorang.melalui fungsi rasa dapat menimbulkan penghayatan dalam kehidupan
beragama yang selanjutnya akan memberi makna pada kehidupan beragama.
c.
Karsa
itu merupakan fungsi ekslusif dalam jiwa manusia. Karsa berfungsi
mendorong timbulnya pelaksanaan doktrin serta ajaran agama berdasarkan fungsi
kejiwaan.
Dari
pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan dan dipahami dengan lebih
sederhana yaitu :
a.
Cipta, berperan untuk menentukan benar atau
tidaknya ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelektual seseorang.
b. Rasa, menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif
dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
c.
Karsa, menimbulkan amalan-amalan atau doktrin
keagamaan yang benar dan logis.
Diantara ahli yang tergolong kepada teori Fakulti:
1.
G.M. Straton
G.M.
Straton mengemukakan teori “konflik”. Ia mengatakan, bahwa yang menjadi sumber
kejiwaan agama adalah adanya konflik bdalam kejiwaan manusia. Keadaan yang
berlawanan seperti: baik-buruk, moral-im moral, kepasifan-keaktifan, rasa
rendah diri dan rasa harga diri menimbulkan pertentangan (konflik) dalam diri
manusia.[3][3] [3]
Jika konflik itu
sudah demikian mencekam manusia dan mempengaruhi kehidupan kejiwaannya, makas
manusia itu mencari pertolongan kepada suatu kekuasaan yang tertinggi (Tuhan).
Seperti Sigmund Freud berpendapat, bahwa dalam setiap organis terdapat dua
konflik kejiwaan seseorang yang mendasar, yaitu:
1)
Life-urge: ialah ke inginan
mempertahankan ke langsungan hidup dari ke adaan yang terdahulu agar terus
berlanjut.
2)
Death-urge: ialah keinginan
untuk kembali ke dalam keadaan semula sebagai benda mati ( anorganis).
Selanjutnya, G.M. Straton berpendapat, konflik yang positif yang
tergantung atas adanya dorongan pokok yang merupakan dorongan dasar (basic-urge) sebagai keadaan yang
menyababkan timbulnya konflik tersebut.
Dalam
pernerapannya W.H. Clark berpendapat berdasarkan keinginaan dasar yang di
kemukakan oleh Sigmund Freud, bahwa expresi dari pertentengan antara Death-urge dan Life-urge merupakan sumber kejiwaan agama dalam diri manusia. Dalam
kenyataan kehidupan keagamaan kita dapat melihat adanya dorongan Life-urge secara positif hingga para
pemeluk agama mengamalkan agamanya dengan penuh keikhlasan dalam hidupnya di
dorong oleh ketakutannya Death-urge (hari
kiamat).[4][4][4]
2. Zakiah Daradjat
Dr. Zakiah Dradjat brpendapat, pada diri manusia itu terdapat kebutuhan
pokok. Beliau mengemukakan, selain dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani
manusia mempunyai suatu kebutuhan akan adanya kebutuhan akan keseimbangan dalam
kehidupan jiwanya agar tidak
3. W.H Thomas
Melalui teori The Four Wishes-nya
mengemukakan, bahwa yang menjaddi sumber kejiwaan agama adalah empat macam
keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia, yaitu:
1) Keinginan
untu keselamatan (security)
2) Keinginan
untuk mendapatkan penghargaan (recognations)
3) Keinginan
untuk di tanggapi (response)
4) Keinginan
akan pengetahuan atau pengalaman baru (
new experiennce)
Di dasarkan atas keempat keinginan dasar itulah pada umumnya manusia
menganut agama menurut W.H. Thomas. Dengan mengabdi dan menyembah diri kepada
Tuhan, keinginan untuk keselamatan terpenuhi. Demikian pula keinginan untuk
mendapatkan penghargaan maka ajaran agama mengindoktrinasikan konsep akan
adanya balasan baik setiap amal baik dan buruk. Agama memberi penghargaan
kepada umatnya yang setia dan ikhlas melebihi kaum awam lainnya.[5][5][5]
B. Sumber Kejiwaan Agama Menurut Islam
Di
dalam Al-qur’an sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat Ar-Rum ayat 30
yang berarti: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,
tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah
agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum:30).
Ayat
tersebut menyatakan bahwa secara fitrah, manusia adalah makhluk beragama.
Secara naluri manusia pada hakikatnya selalu meyakini adanya Tuhan Yang Maha
Kuasa. Walaupun secara dhohir ada beberapa golongan yang tidak mengakui adanya
Tuhan (atheis), tetapi itu hanya pernyataan lisan. Secara hakiki ia tetap
meyakini adanya kekuatan di luar kekuatannya yang tidak mungkin dilampaui dan
memiliki kekuatan Yang Maha.
Menurut
Nurcholis Majid, agama merupakan fitrah munazal yang diturunkan Allah untuk
menguatkan fitrah yang telah ada secara alami. Dengan fitrah ini manusia
tergerak untuk melakukan kegiatan atau ritual yang diperintahkan oleh Yang Maha
Kuasa, yang berbentuk upacara ritual, kegiatan kemanusiaan, kegiatan berfikir dan lain – lain.
Dalam
manusia juga terdapat naluri untuk mencintai dan dicintai Tuhan. Keinginan ini
tidak mungkin dapat terpenuhi kecuali melalui kegiatan beragama. Bahkan naluri
ini memiliki porsi yang cukup besar dalam jajaran naluri yang dimiliki manusia.
Menurut
Quraish Shihab , sumber jiwa agama seseorang bersumber dari penemuan rasa
kebenaran, keindahan d kebaikan. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
Ketika manusia memperhatikan keindahan alam, maka akan timbul kekaguman.
Kemudian menemukan kebaikan pada alam semesta yang diciptakan untuk manusia.
Kemudian manusia mencari apa yang paling indah, paling benar dan paling baik yang pada akhirnya jawaban dari pertanyaan tersebut
adalah Tuhan.
C. Fitrah Dalam Islam
Pada
manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah adalah potensi dasar manusia yang
bersifat suci, namun kesuciannya tersebut perlu dijaga dan dikembangkan melalui
pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan dan pergaulan yang baik.
Para ahli
memiliki beberapa pengertian fitrah, antara lain:
1.
Fitrah
berarti suci
Artinya, ketika
seorang bayi lahir ke dunia, ia dalam keadaan suci, tanpa dosa. Tidak ada dosa
warisan dari orang tuanya. Baru kemudian dalam mengarungi kehidupan orang
tersebut terkena kotoran noda dosa.
2.
Fitrah
berarti bertauhid
Artinya, sejak
lahir manusia telah membawa sifat-sifat percaya kepada Tuhan. Jadi sudah naluri
bila manusia menolak adanya atheism atau politheisme.
3.
Fitrah
dalam arti ikhlas
Ketika lahir,
manusia dibekali sifat-sifat oleh Tuhan. Salah satu sifat tersebut adalah
ikhlas. Jadi ikhlas tersebut merupakan fitrah manusia.
4.
Fitrah
dalam arti insting
Ibn Taimiyah
membagi fitrah dalam dua bagian:
a.
Fitrah
al-Munazalah
Yaitu fitrah
luar yang masuk ke dalam manusia. Fitrah ini berupa al-qur’an dan sunah.
b.
Fitrah
al-Gharizah
Yaitu fitrah
dari dalam diri manusia untuk mengembangkan potensi manusia.
5.
Fitrah
dalam arti tabiat
Menurut
al-Ghazaly fitrah sebagai sifat dasar yang diperoleh manusia sejak lahir yang
terdiri dari:
a. Beriman pada Allah
b. Menerima pendidikan dan pengajaran
c. Mencari kebenaran
d. Dorongan syahwat, ghodob dan insting
Banyak pengertian tentang fitrah, dilihat dari bernagai sudut dan
pandangan akan mempunyai makna dan pengeritan yang berbeda, tap pada dasarnya
dapat kita simpulkan tentag makna fitrah adalah potensi dasar manusia yang
bersifat suci, namun kesuciannya tersebut perlu dijaga dan dikembangkan melalui
pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan dan pergaulan yang baik.[6][6][6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sumber jiwa agama menurut ahli dibagi dua:
a. Teori monistik: bahwa sumber jiwa agama berasal dari sesuatu yang
tunggal yang dapat berupa rasa ketergantungan, akal, libido sexuli dll.
b. Teori fakulty: bahwa sumber jiwa agama berasal dari beberapa
unsur terutama cipta, rasa, karsa.
2. Sumber jiwa agama menurut Islam berasal dari fitrah manusia yang
berasal dari Allah
3. Fitrah diartikan sebagai suci, bertauhid, ikhlas, insting, atau
tabiat.
0 comments:
Post a Comment
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Social Profiles
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sejarah Peradaban Islam adalah sesuatu yang
wajib kita ketahui sebagai umat Islam, karen...
“Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam kelas VIII semester 2 dan kelas IX Semester 1 dan 2” D osen Pengampu:
Drs. H. Akhirin, M....
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami
dari kelompok 4 panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih
sayang dan keridhoa...
“Orientasi Pembelajaran Pendidikan
Islam” Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam Dosen Pengampu: Khalilmatus
Sa’diyah, M.Pd.I Di...
BAB 1 PERKEMBANGAN, OBYEK DAN
SEJARAH PSIKOLOGI A. Perkembangan Psikologi Psikologi berasal dari
perkataan Yunani ” psyche ...
https://www.scribd.com/doc/253732187/Psikologi-Agama-Jadi
“ PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SD X
GUYANGAN BANGSRI JEPARA ” ...
STUDI ISLAM PENDEKATAN ANTROPOLOGI
OLEH: SOBARUDIN 1. Pendahuluan Pendekatan antropologis dalam
memahami agama dapat diartikan s...
“ PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SD X
GUYANGAN BANGSRI JEPARA ” ...
STUDI ANALITIS TERHADAP KEPUTUSAN
IJTIMA’ ULAMA KOMISI FATWA SE INDONESIA III MUI TAHUN 2009 TENTANG HUKUM HARAM
MEROKOK DALAM PE...
About
[1][1] [1] Jalaludin, PSIKOLOGI
AGAMA, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012) hal:53
[2][2] [2] Ramayulis, Op Cit, hal:29
[3][3][3]
Jalaludin, hal:59
[4][4][4]
Ramayulis, Op Cit, hal: 30-33
[5][5][5]
Jalaludin,hal:62-63
[6][6] [6] Baharudin, Dr, M.Pd.I, Mulyono, PSIKOLOGI
AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM (UIN-Malang:2008)hal:98-102

makalh problema dan jiwa keagamaan
Mohon sam sam dirapikan lagi...😁😁
BalasHapusSiap kaka😁
HapusAJO_QQ poker
BalasHapuskami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 7 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) | pin bb : 58cd292c "